Sumpah Pemuda : Islam dan Tauhid

MPILAMPUNG.ORG - Bandar Lampung
Sumpah Pemuda : Islam dan Tauhid

Kenangan peristiwa besar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 telah cukup kuat memberikan pengaruh bagi pemikiran dan pemahaman pemuda mengenai peran pemuda dalam perjuangan. Peran ini menunjukkan bahwa pemuda berkembang menjadi seorang yang memiliki keluhuran dan kesiapan pengorbanan yang besar. Walaupun perjuangan penegakkan kemerdekaan tidak berhenti sampai disitu.
Kemerdekaan bukan hanya berarti pembebasan penjajahan secara fisik tetapi juga secara jiwa. Muslim dan Islam tahu benar hakikat ini dan pengembangan jiwa pemuda ini sehingga mereka (pemuda Islam) pada masanya memberikan suatu kontribusi besar dalam dakwah Islam.

Sumpah pemuda dalam Islam telah ditunjukkan dengan lebih banyaknya masyarakat muda kaum Quraisy Mekkah yang lebih dahulu menyatakan keislamannya dibandingkan dengan yang tua. Sebut saja 10 Sahabat Mulia yang dijamin Masuk Surga (Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali, Saad, Said, Abdurrahman, Thalhah, Zubair, Abu Ubaidah) mereka adalah pemuda yang menjadi penggerak dan penerus dakwah Islam Rosulullah Sholallohu Alaihi Wasallam. Sementara ini masih banyak pemuda-pemuda lainnya baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshor.
Mereka tidak bersumpah hanya untuk kemenangan masing-masing kaumnya tetapi lebih besar dari itu. Mereka bersumpah atas nama Allah untuk menegakkan Islam hingga nyawa mereka dipertaruhkan.

Hakikat sumpah pemuda yang ada saat ini, tidak lain hanyalah sebuah acara seremonial belaka yang dihadiri oleh raga yang masih muda tetapi dengan hiruk pikuk kemalasan. Pemikiran pemuda saat ini tidak  lebih hanya berputar diantara dunia dan kemewahannya saja tanpa sedikitpun sifat Zuhud. Pemikiran diombang-ambingkan oleh sulitnya pemahaman mengenai mana sejatinya kebenaran. Mereka (pemuda) yang ada saat ini tidak lain hanyalah buah matang yang rasanya pahit, tidak bisa dimakan apalagi menjadi obat. Sedangkan arah kedepan bangsa ini ditopang oleh pundak-pundak mereka. Sangat disayangkan.

Hal ini berbeda seharusnya dengan pemuda yang menjalankan perintah menjadi seorang aktivis dakwah. Mereka telah menyatakan keislaman yang bukan berarti berleha-leha dan bersantai tetapi memiliki amanah besar untuk menjaga keutuhan Islam dan menjaga kemurnian Islam. Ghirah pemuda sebagai penopang kejayaan harus kembali dibangkitkan bukan hanya melalui pembacaan kembali sumpah tersebut tetapi lebih kepada kembali memurnikan Tauhid dan Niat serta memperbarui Iman (Syahadat) agar nantinya jiwa ini kembali mengobarkan kalimat yaitu "Lailahailallah Muhammadarrosululloh" yang diusung dalam hati yang bersih dan jiwa yang kuat.
Wallahu A'lam bishowab.

Penulis : R. Amr

Posting Komentar

0 Komentar