Memaknai Kemerdekaan Yang Sesungguhnya

(MPILampung.org), tujuhpuluh empat tahun yang lalu, tepat di bulan Ramadhan, negera yang hari ini terbentuk dengan sebutan Indonesia ini dimerdekakan. Setelah melalui diskusi panjang dan perjuangan tak mengenal lelah ditahun-tahun sebelumnya, tepat pada tanggal 17 Agustus proklamasi kemerdekaan negeri ini dibacakan di depan khalayak ramai dan sautan siaran radio dengan satu ungkapan bahagia.

Ya, kemerdekaan negeri ini tepat telah berlalu tujuhpuluh tahun. Akan tetapi rasa-rasa merdekanya belum dapat dinikmati semua orang hari ini. Makna kemerdekaan yang bertujuan sebagaimana tertulis pada teks Muqqadimah (Pembukaan) UUD 1945 itu rasanya belum nampak jelas berlaku pada semua orang hari ini. Merdeka memiliki arti yang berbeda dalam pandangan manusia hari ini. Memangnya apa itu merdeka? Apa makna besar kemerdekaan bagi umat Islam?

Dalam sejarah besar ummat islam kemerdekaan adalah suatu hal yang jelas telah menjadi prioritas. Ya, merdeka yang dimaksud disini adalah merdeka dari belenggu kejahiliyahan. Jika menilik pada sejarah nubuwah dan perjalanan dakwah pertama ummat islam ini, keadaan ummat pada saat itu adalah ummat yang terjajah, baik secara pemikiran, fisik, dan keimanan. Oleh karena itu, Islam ditujukan dan dihadirkan agar masyarakat yang ada pada saat itu dapat merasakan merdeka. Ingatkah kalian dengan berapa rendahnya martabat budak pada saat itu? Tidak berharga. Namun ketika Islam datang keadaan paling rendah dari para budak itu menjadi tinggi dan dibayar dengan Syurga. Tentu terngiang dipikiran kita tentang keislaman yang menjadikan merdeka itu telah didapatkan oleh keluarga yang gugur pertama di jalan Allah, keluarga Yassir. Mereka yang hanya budak itu disiksa hingga tak bernyawa. Namun apa yang mereka dapat, disampaikan Rasululloh Shalallahu Alaihi Wassalam oleh ketika melihat itu, "Bersabarlah Wahai Keluarga Yassir, Sesungguhnya tempat yang dijanjaikan bagi kalian Surga".

Merdeka juga dirasakan oleh Bilal bin Rabah budak dari konglomerat Mekkah pada saat itu Ummayah. Dibawah terik matahari Mekkah pada saat yang sangat panas Bilal dicambuk bahkan ditimpakan punggungnya dengan batu besar. Namun karena Islam yang membuat dirinya merdeka sebelum fisiknya dimerdekakan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, ucapan abadi yang terukir indah sebagai pelajar orang yang sabar dan ikhlaspun Bilal ucapkan yaitu, "Ahad, Ahadun Ahad, Ahad, Ahadun Ahad".

Merdeka adalah fase besar, kemerdekaan inilah yang selalu diserukan. Bahkan nanti ketika puncak kemerdekaan itu terjadi pada saat peristiwa Fathu Makkah, dimana Rasululloh Shalallahu Alaihi Wassalam memimpin kemerdekaan kota Mekkah dengan sepuluh ribu pasukan dari kejahiliyahan kota itu yang telah berlangsung sangat lama pada tahun ke 8 H. Dan masukkan orang-orang arab setelahnya, itulah kemerdekaan yang hakiki. Terlepasnya belenggu kejahiliyahan menuju Islam. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman :

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. An Nashr: 1-3)

Itulah kemerdekaan, ketika islam telah dijadikan panduan seluruh ummat dan syariatnya tegak memandu bumi. Syariat yang dengannya pula Islam dijadikan sebagai 'Way of Life' (Al-Hadiy). Begitulah seharusnya Islam ini memaknai kemerdekaan. Kemerdekaan yang sesungguhnya. Yaitu sebagai mana kemerdekaan yang disampaikan oleh Rib'i bin Amir dalam dialognya dengan Rustum di kegentingan perang Qadisiyah waktu itu.
Rustum bertanya kepadanya, "Apa yang mendorongmu datang kemari?"

"Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa saja-yang ingin terbebas-dari perbudakan(penghambaan) sesama manusia menuju penghambaan kepada Allah semata, dari dunia yang sempit menuju keluasan dunia dan akhirat, dan dari kedzaliman agama-agama menuju keadilan Islam!" jawab Rib'i tegas.

Jadi sekali lagi Islam membuktikan hanya Islam yang memahami benar arti sebuah kemerdekaan sesungguhnya. Sebagaimana yang jelas telah disampaikan bahwa merdeka adalah terlepasnya kesyirikan dan berjayanya tauhid, memaknai kezuhudan dengan mengharapkan Syurga Allah Ta'ala, serta tegaknya Syariat Allah di bumi-Nya. Karena kemerdekaan ini telah jelas 'Atas Berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa dan didorongkan oleh keinginan Luhur (Keinginan Mujahid dan Ulama)'. Kemerdakaan hakiki yang jelas itu adalah Islam. Berislam adalah Merdeka.

R. Amr, 18 Agustus 2019.
MPI Lampung.

Posting Komentar

0 Komentar